Badung, BaliUpdate.id – Menjelang akhir tahun, populasi Babi dan harga daging Babi di pasaran Bali umumnya disebut Wakil Dekan 2 Fakultas Peternakan Unud,Ketua Persepsi Komda Bali yang juga Ketua PII Cabang Karangsem, .Dr. Ir. Budi Rahayu Tanama Putri,S.Pt,.MM.,IPU.,ASEAN.Eng mengatakan,masih cukup stabil bahkan cenderung terjadi penurunan harga dibandingakan saat menjeang hari Raya Galungan lalu.
Hal ini disebabkan karena populasi Babi di Bali perlahan-lahan mulai meningkat.
“Seiring dengan meningkatnya kesadaran peternak dalam penerapan biosecurity, serta berbagai program pemerintah dalam menanggulangi virus ASF,” ujarnya,(Rabu,(29/12) di Badung.
Berdasarkan data BPS (2021) populasi Babi terbanyak ada di Kabupaten Buleleng, yakni sebanyak 105.130 ekor, diikuti Kabupten Karangasem dengan populasi babi sebanyak 100.598 ekor.
“Peternakan Babi di Buleleng dan Karangasem masih bertahan pasca badai kasus ASF ini, disebabkan karena mayoritas masyarakat di kabupaten tersebut melakukan usaha peternakan Babi sekala rakyat dengan jumlah ternak kurang dari 10 ekor, dengan pekerja adalah pemilik atau anggota keluarga sendiri sehingga, pemulihan kondisi dan penanganan serta pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan lebih cepat,” katanya.
Sedangkan jika dilihat dari kondisi penyebaran virus ASF di Bali saat ini perlahan-lahan mulai mereda. Faktor utama memiliki peran penting bagi kesehatan ternak adalah manajemen pemeliharaan ternak yang baik.
“Diawali dari pemilihan bibit yang berasal dari induk yang baik dan sehat, pemberian pakan yang memiliki kandungan nutrisi yang baik, pemberian vaksinasi dan vitamina atau mineral yang dibutuhkan, manajemen perkandangan, serta penerapan biosecurty yang baik. Keseluruhan faktor tersebut memegang peranan yang sama penting dan saling terkait dalam upaya untuk menjamin kesehatan ternak,” paparnya.
Sebagai akademisi, harapan saya kedepan adalah usaha peternakan khususnya peternakan Babi di Bali harus terus dikembangankan, jika tidak, maka harga daging babi akan meningkat yang diiringi dengan masuknya Babi dagingnya dari luar Bali. Karena permintaan daging Babi di Bali akan tetap tinggi, mengingaat kondisi sosial dan budaya di Bali yang kesehatannya tidak bisaterlepas dari konsumsi daging babi, baik untuk konsumsi sehari-hari maupun sebagai sarana upacara.
Selain itu, upaya perbaikan manajemen usaha peternakan babi harus terus dilakukan, yang didukung dengan berbagai program dan pendampingan dari dinas dan instansi terkait, termasuk dari perguruan tinggi.
“Diharapakan kepada peternak yang selama ini sudah menjalankan usahanya dengan baik, selalu melakukan koordinasi dengan dinas peternakan dimana lokasi usahanya berada.Dengan demikian kontrol secara kontinyu dapat dilakukan,” pungkasnya.(tmr)